7 Balas Dendam Anak Terhadap Orang Tua

Balas Dendam Anak Terhadap Orang Tua

Pada dasarnya anak tidak tahu apa itu balas dendam. Biasanya orang yang memendam dendam hanyalah orang yang sudah dewasa. Karena orang yang dewasa tahu mengingat-ingat dan menimbang-nimbang kejadian yang dialaminya di waktu-waktu yang telah berlalu. Sedang seorang anak sepertinya belum memiliki daya ingat dan daya berpikir analitis tentang kehidupannya. Mereka hanya menerima apa yang ada, yang disajikan dihadapan mereka. Anak jelas belum memahami rasa sakit dan belum mengerti mengapa dirinya menderita hal-hal ini dan itu. Terkecuali bila anak tersebut memang sudah diajarkan yang jahat atau sering sekali menyaksikan televisi dan media yang menyajikan kekerasan dan tindakan amoral lainnya.

Balas dendam untuk seorang anak bisa dikatakan hampir mustahil. Sebab pada dasarnya, anak tidak berani sama orang tua yang notabene berbadan lebih besar darinya. Apa yang ada di dalam benaknya mungkin adalah bahwa “Ayah dan Ibunya adalah orang yang paling baik sedunia.” Secara naluriah tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa secara diam-diam orang tua memberinya toksin yang terkontrol dengan baik. Jenis racun tingkat rendah yang diberikan tidak sampai mencemari atau melukai tubuh secara permanan. Semua efek itu biasanya hilang dalam semalam (besoknya sembuh) atau bisa juga sembuh dalam beberapa hari (setelah perawatan di rumah atau rumah sakit).

Seperti yang kami lakukan dalam tulisan-tulisan sebelumnya. Kami pun mendorong agar seorang anak tetap rutin minum air putih dalam jumlah yang mencukupi. Sebab beberapa paparan racun menyebabkan seseorang menjadi kurang minum air putih: mungkin hal tersebut terjadi karena rasa air yang kurang sedap atau lidahnya yang terasa pahit. Pada segmen inilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk mengingatkan anak tersebut. Tidak cukup satu-dua kali saja karena memang anak yang masih kecil sering kali melupakannya. Seandainya yang kurang minum air tersebut adalah orang lain: diingatkan satu-dua kali sudah cukup, selebihnya terserah sama dia. Akan tetapi, dalam hubungan orang tua dan anak, Ayah & Ibu perlu mengingatkannya berulang-ulang kali sampai anak tidak lupa minum lagi. Sebab itulah tugas ortu memberi pengarahan dan pendidikan yang baik terhadap putra-putrinya.

Berikut ini akan kita bahas beberapa bentuk balas dendam seorang anak karena terkejut dengan perlakuan kejam orang tuanya. Beberapa dari upaya tersebut tidak ada baiknya sehingga sebaiknya tidak perlu dilakukan. Ini hanyalah sekedar tulisan untuk memperingatkan seorang anak yang menyadari aksi ortu yang sama sekali di luar dugaan. Sadari jugalah bahwa ada beberapa acara film yang mempopulerkan praktek kotor tersebut. Jangan berpikir bahwa itu benar, melainkan gunakanlah standar kehidupan anda sebelum bertindak lebih jauh. Karena keburukan tidak akan bisa membuat manusia bahagia, sedang mereka yang berbuat baik, benar dan adil selama menjalani hidup, akan merasakan bahagia dan damai sejahtera seumur hidupnya.

  1. Mengabaikan perkataan ortu.

    Bentuk pengabaian ini bisa jadi berupa diam seribu bahasa. Sesuatu yang kadang diekspresikan bila orang tua sedang mengajak mengobrol. Atau saat orang tua sedang memberikan nasehat atau semacam pengarahan singkat tentang sesuatu. Pengabaian ini bisa menjadi bentuk luapan dari emosi yang sedang berusaha ditahan-tahan. Atau bisa juga disebabkan oleh karena anak tersebut memang kurang tanggap dalam bersosialisasi karena masih di usia dini dalam tahap perkembangan awal komunikasi.

    Tidak ada lagi perkataan yang ramah-ramah. Biasanya anak muda yang sudah sekolah tinggi , bisa mengekspresikan diri untuk bersikap ramah. Tetapi ketika racun ortu sedang merepotkannya, bisa jadi keramahannya tertahan karena rasa benci di hati masih belum bisa teratasi. Ini terjadi karena terlalu fokus pada rasa kurang nyaman yang dialaminya. Bisa juga dipicu karena marah-marah dan bersungut-sungut sendiri di dalam hatinya. Akibat hati dipenuhi yang negatif maka sikap pun ikut-ikutan menjadi-jadi. Lebih baik abaikan saja efek racunnya dan batasi konsumsi terhadap makanan tertentu, sebab seorang anak masih bisa beraktivitas positif untuk mengalihkan konsentrasi agar tidak terus-menerus terpuruk. Misalnya saja dengan memuliakan nama Tuhan dalam hati: niscaya rasa benci berlalu dan sukacita pun mengalir.

  2. Tidak mengerjakan tugas sekolah.

    Anak yang tidak tahu bahwa dirinya diracuni orang tua, lebih tenang hidupnya. Sebab sekalipun mereka sakit: mudah bagi orang tua untuk mengarahkan mereka agar ikhlas, sabar dan rendah hatinya menghadapi penyakit tersebut. Akan tetapi, untuk anak yang menyadari racun orang tua akan mengalami kendala berupa rasa sedih bercampur kecewa yang mendalam. Keadaan ini bisa diikuti oleh hati yang mulai berputus asa dengan tidak mengerjakan PR di rumah.

    Sesungguhnya jika si anak yang sudah sadar ini paham bahwa semua yang dialaminya adalah rekomendasi peraturan maka hati pasti lega menjalani pergumulan hidup tersebut. Sebab bukan hanya satu dua orang yang menjalaninya tetapi semua anak di negeri. Jadi, tidak perlu ada kekhawatiran alias “jangan takut” saat menjalani prosesnya. Yang terpenting sudah waspada dan membatasi konsumsi makanan sewajarnya, kalau masih sakit pasrahkan hidup kepada Tuhan. Mohon agar Tuhan memberi petunjuk tentang apa yang anda alami. Dengarkanlah suara hati anda!

  3. Tidak mengerjakan pekerjaan rumah.

    Memahami bahwa racun-racun terus menggerogoti hidup kadang tidak bisa diterima oleh akal sehat. Bagaimana mungkin orang yang paling dipercayai dan disayangi dapat melakukan konspirasi seburuk itu dalam hidup anak-anaknya. Menyadari pahitnya kenyataan yang sebelumnya tidak diketahui bisa membuat hati kecewa sehingga mengabaikan tugas-tugas rumah yang dititipkan ortu.

    Padahal dengan mengabaikan pekerjaan rumah maka bagian tertentu dalam rumah menjadi berantakan sehingga orang tua punya alibi untuk menekan anak lewat kata-kata yang sedikit kasar. Kedamaian dalam rumah menjadi kacau balau karena orang tua merepet lagi – merepet lagi – nggak ada hentinya. Daripada seperti ini terus tiap hari lebih baik kerjakan tanggung jawab yang dipercayakan Ayah dan Ibu. Lagi pula efek racun yang dirasakan anak tidak parah-parah amat.

    Kecuali bila derajat keparahan rasa sakit yang dirasakan oleh anak sangat nyata. Sebagai anak mohonkan diri untuk beristirahat selama beberapa waktu. Sampai rasa sakit tersebut reda barulah kembali mengerjakan pekerjaan rumah seperti di hari hari biasa.

  4. Menaruh kotoran pada makanan dan minuman.

    Ada rasa kesal yang bersarang di hati ketika ortu cukup intens meracuni anak: bahkan kejadiannya sampai tiap-tiap hari. Ini seperti bencana daerah tiap hari makan-minum racun yang membuat konsentrasi terganggu dan aktivitas semakin berat untuk dijalani. Si anak pun berpikir untuk membalas dendam karena merasa bahwa orang tua pun perlu diracun balik, apa dia bisa tahan banting juga? Ada yang nekat meletakkan pasir, ludah, taik mata, taik hidung, air seni dan lain sebagainya ke makanan dan minuman ortunya. Bahkan kisah ini ada filmnya juga!

    Lagipula orang tua juga mengalami gejala keracunan yang sama, seorang anak bisa menyimak pengakuan tersebut lewat pembicaraan santai yang dilakukan bersama. Asal saja anak tersebut tidak lupa untuk minum air lebih sering bahkan perlu lebih banyak agar efek racun yang dirasakan tidak membludak. Sebagai orang tua, perlu selalu mengingatkan hal tersebut kepada anaknya, ini adalah sebuah tanggung jawab seumur hidup agar anak terhindar dari penyakit metabolisme dan penyakit kemunduran fungsi tubuh lainnya (misalnya tumor, kanker).

  5. Melakukan kejahatan yang merepotkan.

    Pada beberapa sinetron atau film: terlihat bahwa ada anak yang membalas kejahatan orang tuanya dengan bertengkar, berkelahi, memukul sampai membunuh orang tuanya. Tentu anak yang bijaksana tidak akan dengan mudah terintimidasi dengan aksi-aksi yang menghebohkan semacam ini. Sebab kekerasan membuat seseorang lebih cepat diamankan den berurusan dengan hukum itu rumit. Memang tidak menyakitkan dipenjara tetapi malunya dipenjara dan penolakan masyarakat pasca keluar dari penjara membuat hidup lebih susah untuk dijalani.

    Berhenti membalas rasa sakit dengan kekerasan karena itu tidak menyelesaikan masalah tetapi malahan memperpanjang dan memperberat beban hidup yang harus ditanggung. Seorang anak yang rendah hati, terbiasa mengalahkan dirinya demi kebaikan dan kebenaran. Tetaplah ramah kepada siapapun yang bermasalah dengan anda: itulah kebaikan! Tetaplah berupaya mematuhi perkataan dan nasehat orang tua yang benar dan logis: itulah kebenarannya! Sebab orang yang melakukan kebaikan dan kebenaran dengan tekun memiliki kebahagiaan yang tak putus-putusnya di dalam hati masing-masing.

  6. Lari dari rumah untuk meloloskan diri.

    Beberapa anak yang merasa memiliki potensi lebih dalam dirinya akan melakukan tindakan pelarian setelah terkejut menyadari racun menggerogoti rumah kediamannya. Mereka merasa percaya diri merantau ke negeri orang, meninggalkan keluarganya dengan terburu-buru. Padahal di negeri orang, kebijakan tentang racun pun tetap berlaku. Siapun yang menopang hidupnya di negeri orang pasti juga turut menyematkan toksin-toksin kecil. Sebab meracuni anak oleh orang tua atau pengasuhnya merupakan peraturan yang berlaku secara nasional. Daripada diracu-racuni dan menjadi pesuruh orang asing, lebih baik diracuni keluarga sendiri dan membantu pekerjaan rumah yang diberikan ortu.

    Seorang anak tidak akan lolos dari racun-racun kecil yang merepotkan hari-hari kecuali hidupnya bisa mandiri mendapatkan pekerjaan tetap. Dari rumah juga ada pekerjaan online yang bisa dilakukan setelah tugas beres-beres rumah selesai. Tekunlah melakukan apa yang anda sukai lewat smartphone yang bermodalkan pulsa-kb data dari orang tua. Fokus pada bakat, permainan, aplikasi, baca-baca yang diminati sekalipun banyak kata-kata sinis yang anda dengar tentang pekerja online. Niscaya setelah bertahun-tahun menjalaninya dengan sabar dan penuh perjuangan pasti akan memandirikan seorang anak bahkan sampai bisa membentuk keluarga baru pula.

  7. Ingin jadi orang yang lebih kaya dan lebih berkuasa dari ortunya.

    Ini adalah suatu reaksi anak yang merasa diri sudah hebat. Dengan banyak kesombongan di dalam dada, dirinya menjual hal-hal berharga yang dimilikinya kepada para kapitalis tengik sehingga menjadi kaya raya. Sayangnya kekayaan yang diperoleh terlalu cepat malah menjadi korban salah sasaran. Memanfaatkan uang tersebut demi kemewahan diri yang berefek memicu ketakutan setelahnya. Memanjakan diri dalam santainya kehidupan malah membuat otak menjadi tumpul sehingga uang dihambur-hamburkan untuk sesuatu yang tidak penting hingga membuat hidup kembali melarat. Orang yang mendadak kaya beresiko tinggi mendadak miskin karena kurang mampu memanajemen dirinya dalam mengelola pengeluaran.

  8. Dan lain sebagainya, silahkan cari sendiri.

Kesimpulan

Jika anda adalah anak yang tak berdaya dan merasa dikerjai secara sewenang-wenang dan bertubi-tubi (setiap saat/ setiap hari) oleh orang tua anda: anda berhak mengutukinya. Sebab menyakiti orang tanpa henti, tanpa alasan dan tanpa peringatan adalah tindakan yang keterlaluan. Tetapi, mengutuklah dengan anggun di dalam hati sebagai luapan rasa kesal agar emosi yang meluap-luap reda. Setelah semuanya itu, bersikaplah biasa saja dan baik kepada siapa pun termasuk kepada orang tua anda.

Mengutuk bukanlah balas dendam sebab kutukan perwujudannya dari Tuhan yang menghakimi setiap tindakan manusia. Tetapi mengutuk lebih kepada luapan emosi karena suatu kejanggalan besar yang dialami. Soal kutukannya jadi atau tidak, semuanya itu terserah Tuhan.

Kalau tindakan mengutuki orang tua bertentangan dengan firman Tuhan, lalu bagaimana dengan perintah agar orang tua tidak memancing amarah anak (Efesus 6:4)? Mengerjai anak yang dilakukan ortu secara bertubi-tubi, tanpa henti, tanpa penjelasan dan tanpa peringatan merupakan suatu hal yang tidak lazim (Biar Tuhan yang menjadi hakim di antara keduanya, siapa yang memulai perkara yang memalukan tersebut)

Balas dendam adalah cerita televisi untuk membuat kehidupan para pemainnya semakin bermasalah. Anda tidak inginkan, hidup yang sudah rawan masalah ini malah semakin banyak saja soal-soal yang menghimpit? Kalau anda setuju dengan pendapat kami maka “berhentilah membalas dendam!” Sebab dendam adalah sesuatu yang menimpulkan pemborosan moral dan materi. Lebih paten menggunakan potensi yang dimiliki untuk melakukan kebaikan, kebenaran dan keadilan dimulai dari diri sendiri dan keluarga serta dengan masyarakat sekitar. Anggap saja racun sebagai kopi pahit yang menemani cemilan kehidupan sehingga semakin dewasa lagi bijaksana menjalani hidup. Waspada sewajarnya dan batasi makanan tertentu ketika merasa racun mulai membludak (fluktuatif). Sebab lama-kelamaan efek yang anda rasakan semakin berkurang. Memang begitulah peraturannya, jalani saja sambil memuliakan nama Tuhan, bekerja positif, belajar aktif dan melakukan kebajikan kepada siapapun dimulai dari hal-hal kecil.

Salam, Balas dendam itu merepotkan,
hidup yang awalnya tenang dan santai
jadi makin bermasalah,
kerepotan semakin banyak
dan pusing-pusing dimana-mana.
Lebih baik lakukan kebajikan
maka rona merah-hitam
kehidupan akan dapat ditanggung
Sebab semuanya sudah sesui
Firman Tuhan dan peraturan
yang lazim di dalam masyarakat
!

2 comments

    • Mari berpikir positif kawanku.
      Tabahlah menghadapi sedikit tekanan. Bukankah itu hanya kata-kata yang segera terlupakan seiring berjalannya waktu.

      Daripada sibuk hati membahas sikap negatif orang lain. Lebih baik fokus kepada Tuhan dan lakukan hal-hal yang bermanfaat bagi diri sendiri dan bagi keluarga dimana anda tinggal.

      Ingatlah bahwa hidup kita diteguhkan oleh kebaikan dan kebenaran yang kita tunjukkan dalam sikap sehari-hari. Sehingga kata-kata negatif dari orang lain tidak berdaya karena kenyataannya perjalanan hidup kita sudah berada di jalur yang tepat.

      Suka

Mohon Kritik & Saran, ini hanya perumpamaan tanpa editor: Anda mengoreksi tulisan ini artinya lebih cerdas dari kami, Selamat!

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.