Hidup Di Dalam TUHAN Karena Keyakinan Pribadi

Melangkah dengan pasti, berbuat dengan teguh hati dan berkata-kata tanpa ragu. Karena kita yakin dengan situasi dan diri sendiri pun bertekun dalam kebaikan, kebenaran dan keadilan.

Awal cerita singkat.

Anak manusia ketika masih kecil, yang mana belum tahu apa-apa. Jadinya sering melakukan kesalahan sekalipun sudah diperingatkan secara berulang-ulang. Lain lagi ceritanya saat manusia sudah menyentuh awal kedewasaan, saat pertama kali memasuki dunia kerja. Mungkin yang terjadi lancar-lancar saja, sampai dirinya melakukan beberapa kesalahan dan segera juga memperbaikinya tanpa harus diperingatkan berulang-ulang.

Perkembangan kepribadian manusia semakin pesat saat dirinya sudah beranjak dewasa. Sekalipun hal tersebut sesungguhnya berlangsung lambat dan sangat lama jika ditinjau dari segi waktu yang dibutuhkannya. Pada awalnya, setiap manusia atau lebih tepatnya setiap anak lebih mengedepankan kepercayaan kepada orang-orang di sekitarnya atau lebih tepatnya kepada orang tuanya. Dirinya percaya Tuhan karena menyaksikan secara langsung ayah-ibu dan keluarganya yang rajin beribadah kepada Tuhan. Akan tetapi, saat seseorang mulai beranjak dewasa, kepercayaan manusia akan murni dibentuk sesuai dengan apa yang dia rasakan, apa yang dia pahami dan apa yang dia temukan di dalam Tuhan. Singkatnya, keyakinan kita sangat dipengaruhi oleh pengalaman pribadi hidup bersama Tuhan.

Hidup bersama Tuhan tidak seperti saat kita hidup bersama manusia lainnya. Dimana kita bisa berkomunikasi secara langsung bertatap muka dan saling berhadap-hadapan dengannya. Komunikasi semacam ini disebut dengan komunikasi dua arah. Sedangkan di dalam Tuhan, komunikasi yang kita lakukan murni komunikasi satu arah. Artinya, hanya kita saja yang berkata-kata, sedangkan dari sisi lain tidak ada sepatah kata pun kita dengarkan. Inilah pertanda yang mengawali peneguhan kepercayaan hidup di dalam Tuhan. Sebab tanpa keyakinan yang kuat, orang normal tidak akan melakukan komunikasi tanpa mendengar jawabannya (berpikir negatif – merasa dirugikan atau diabaikan). Tetapi karena kita percaya bahwa Tuhan pasti menjawab segala sesuatu indah pada waktunya: maka kita pun terus melakukannya lagi dan lagi.

Kita percaya bukan karena kita telah melihat masa depan. Melainkan karena kita telah merasakan sendiri betapa nikmatnya berkat, penyertaan dan perlindungan dari Sang Pencipta. Sehingga mengatakan bahwa: “Tuhanlah yang benar!” Apa yang difirmankan-Nya memang benar-benar terjadi di dalam hidup kita. Tentang betapa pahitnya hidup di dalam dosa sekalipun keadaan seseorang serba berkelimpahan namun hatinya tidak akan pernah tenang karena kejahatannya di masa lalu terus membayangi kesehariannya. Akan tetapi, betapa indahnya hidup di dalam kebajikan: ringan hati menjalani hari, seperti tidak ada beban. Sekalipun dari segi materi tidak ada kemewahan: apa yang ada serba berkecukupan. Namun kebahagiaan, ketenteraman dan kedamaian yang dialami tidak kalah nikmat dengan yang dialami orang lain pada umumnya. Inilah indahnya hidup di dalam kebaikan, kebenaran dan keadilan yang kesenangannya sampai membuat kita rasa-rasanya seperti di sorga saja: itulah sorga kecil-kecilan (sorga dunia) yang patut disyukuri dengan rendah hati. Selamat beraktivitas, jangan lupa menarik-hembuskan nafas secara sengaja – secara berkala dan rajinlah minum air putih!

Mohon Kritik & Saran, ini hanya perumpamaan tanpa editor: Anda mengoreksi tulisan ini artinya lebih cerdas dari kami, Selamat!

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.