+7 Alasan Mengapa Nabi Terakhir Adalah Yesus Kristus Yang Menyempurnakan Wahyu Allah

Alasan Mengapa Nabi Terakhir Adalah Yesus Kristus Yang Menyempurnakan Wahyu Allah

Kristen Sejati – Yang kami ungkapkan disini sangat individualistik. Sebab setiap agama meyakini nabi terakhir yang berbeda-beda. Oleh karena itu peganglah apa yang anda anggap benar secara realistis hingga akhir. Kebenaran itu sempurna dan menyempurnakan setiap penganutnya. Jika anda menempuh hal yang benar dengan cara yang salah maka semuanya itu akan berujung pada dosa. Bila saat ini, anda menganggap diri sendiri adalah benar maka sudah sepantasnya untuk menjauhkan diri dari berbagai-bagai hal yang salah mulai dari dalam pikiran, perkataan hingga akhirnya dalam perilaku (tindakan) sehari-hari.

Nabi adalah Seorang hamba Tuhan yang dipanggil untuk menyampaikan Firman Allah kepada manusia. Khususnya para nabi Israel yang bertindak selaku pembicara atas nama Allah (seperti Musa, Elia, Amos, Yesaya dll.) Seringkali mereka harus menentang raja atau rakyat Israel sendiri yang telah menyimpang dari kehendak Tuhan. Juga Yohanes Pembaptis (mis. Mat. 11:5) dan Yesus sendiri (mis. Luk. 24:17) disebut nabi. Menurut pengharapan orang Yahudi akan muncul seorang nabi yang bertugas merintis jalan Mesias (Ul. 18:15, 18; Yoh. 6:14). Yesus memberitahukan bahwa akan datang nabi-nabi palsu yang mau menyesatkan orang percaya (Mat. 24:11, 24). Dalam Jemaat Purba tampil beberapa nabi (Kis. 13:1; 1Kor. 12:28-29; Ef. 4: 11). – dikutip dari Alkitab elektronik 2.0  –

Rasul berasal dari bahasa Yunani: apostolos, artinya: utusan Allah. Khususnya kedua belas murid Yesus yang diutus-Nya untuk turut melakukan pekerjaan-Nya (Mat. 10-.1-2), tetapi juga orang-orang lain yang dipanggil untuk memberitakan Injil (Rm. 16:7), teristimewa Paulus, rasul untuk bangsa-bangsa bukan Yahudi (Rm. 11-13). – dikutip dari Alkitab elektronik 2.0  –

Setelah Yesus Kristus meninggalkan kejasmaniannya dan kembali menjadi Allah di dalam kerajaan Sorga, masih ada Para Rasul yang menjadi saksi sekaligus menyebarkan ajaran-Nya diberbagai belahan dunia. Hingga sekarangpun, masih ada saja orang yang mengaku bahwa dirinya adalah Nabi. Kami merasa ini hanyalah masalah pengertian saja. Zaman dahulu di Israel penyambung lidah (wahyu) Tuhan disebut Nabi. Pasca kenaikan Yesus, murid-muridnya dipanggil Rasul. Sedangkan di zaman sekarang penyambung lidah Tuhan dipanggil sebagai “Hamba/ Pelayan”.

Nabi terakhir merupakan utusan Tuhan yang datang untuk menggenapi pewahyuan yang disampaikan oleh nabi sebelumnya. Bisa juga dikatakan sebagai pribadi yang datang untuk menggenapi wahyu Tuhan yang telah disampaikan sebelumnya. Bisa dikatakan bahwa yang terakhir ini “sangat spesial, luar biasa dan membawa perubahan besar dalam kehidupan umat manusia”. Artinya, tanpa kehadiran-Nya wahyu/ firman yang telah diilhamkan sebelumnya masih belum lengkap. Tanpa kehadiran yang terakhir ini maka ada kecenderungan manusia tidak dapat mencapai tempat yang telah dijanjikan itu (Sorga di akhir zaman).

Faktor penyebab Tuhan Yesus Kristus adalah nabi terakhir yang menyempurnakan pewahyuan Allah

Sebelum, kita membahas lebih jauh tentang alasan mengapa kami memilih Kristus sebagai yang terakhir maka berikut ini, inti dari hukum Taurat dan kitab para Nabi yang terambil dari Matius 22:37-40 yang berkata demikian:

Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para Nabi.”

Dari firman ini dapat kita katakan bahwa pada dasarnya hukum Surga yang disebut sebagai hukum Taurat itu adalah sempurna adanya. Lalu, mengapa masih dibutuhkan seorang Nabi yang terakhir untuk menggenapi apa yang sudah sempurna itu? Berikut beberapa alasan yang kami ajukan.

  1. Sistematika Alkitab.

    Sejauh yang kami lihat dan sadari selama ini, Kitab Suci orang Kristen itu sangat sistematis. Apa yang terjadi seperti urutan pembaharuan hidup manusia dari orang-orang yang syarat dengan kebinatangan menjadi lebih manusiawi. Ini adalah sebuah hierarki yang berurutan dari bawah ke atas sehingga ketika anda mampu mendalaminya maka akan menemukan “apa makna kehidupan yang sebenarnya”.

    Nabi-Nabi di masa lalu (Perjanjian Lama) telah menubuatkan suatu masa tentang datangnya Mesias Sang Juru selamat. Bisa dikatakan bahwa nubuatan yang mereka sampaikan meramalkan kedatangan-Nya dan seperti apa Dia. Bahwa Dia akan mengalami penderitaan (nubuat Nabi Yesaya dalam kitabnya). Ia juga akan dikhianati oleh orang terdekat/ muridnya sendiri (nubuat Raja Daud dalam mazmur). Lagi pula akan turun ke dalam dunia orang mati selama 3 hari lalu dibangkitkan kembali (Kisah Nabi Yunus). Bisa dikatakan bahwa tanpa kehadiran Yesus Kristus maka tidak ada Alkitab (belum lengkap) bahkan bisa dikatakan bahwa orang Kristen juga tidak akan ada.

    Saran kami, berhati-hatilah memahami semua kata-kata, frase, kalimat, paragraf dan cerita/ kisah yang terdapat disana. Ada banyak cerita yang merupakan bagian dari perumpamaan atau disebut juga ilustrasi (karya seni) bagi kehidupan manusia. Setiap pembaca memerlukan pimpinan Roh Kudus untuk mengartikannya sebab terkadan apa yang tertulis hanyalah sebuah gambaran dari makna sebenarnya yang tersembunyi.

    Pada dasarnya, pemahaman anda terhadap Alkitab berkorelasi positif absolut terhadap tujuan/ dasar/ niat hati melakukan penelaahan. Jika hanya sekedar mencari-cari kesalahan pasti dapat, bila hanya untuk melegalkan kejahatan/ kekerasan yang dilakukan pasti ada, jika motivasinya untuk melemahkan orang lain bisa juga dapat. Akan tetapi, jika hati sudah memiliki tekad yang murni dan bulat untuk mencari kebenaran agar bisa selamat dunia-akhirat maka setiap pembaca yang dibimbing oleh Roh Allah akan terpesona menikmatinya.

  2. Ajaran Kristus tidak pernah jauh dari perjanjian lama (Hukum Taurat dan Kitab para Nabi)

    Salah satu ajaran Kristus yang kebanyakan tidak diterima oleh akal manusia adalah tentang “mengasihi musuh dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan yang sama (Anti Kekerasan)” seperti yang tertulis dalam Matius 5:39 demikian : “Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu.

    Sebenarnya, nubuatan semacam ini juga telah disampaikan oleh Nabi Yesaya yang berkata: (Yesaya  50:6) Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabut janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi.

    Lagi Nabi Yesaya bertutur : (Yesaya  53:7) “Dia dianiaya, tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang dibawa ke pembantaian; seperti induk domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya”.

    Bahkan Nabi Musapun menegaskannya : (Imamat 19:18) Janganlah engkau menuntut balas, dan janganlah menaruh dendam terhadap orang-orang sebangsamu, melainkan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri; Akulah TUHAN.

  3. Nubuatan di masa lalu, penggenapannya terwujud dalam diri Yesus Kristus.

    Terdapat 37 nubuat (Sumber Alkitab Elektronik 2.0) yang penggenapannya ditujukan dalam pribadi Kristus, diantaranya adalah:

    • Dalam kejadian 12:3 dikatakan demikian : 12:3 Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.” Nubuatan ini telah digenapi dalam diri Yesus seperti yang tertulis dalam kitab Matius 1:1-17 yang berisikan tentang silsilah keturunan dari bapa Abraham sampai kepada Yesus Kristus.
    • Dalam Kejadian 49:10 dinyatakan bahwa : Tongkat kerajaan tidak akan beranjak dari Yehuda ataupun lambang pemerintahan dari antara kakinya, sampai dia datang yang berhak atasnya, maka kepadanya akan takluk bangsa-bangsa. Firman ini bertutur tentang kerajaan Sorga yang telah digenapi dalam pribadi Kristus seperti yang tertumuat dalam (Yohanes 3:16) Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengarun iakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.
    • Dalam nubuat nabi Yesaya 7:14, berkata demikian : Sebab itu Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda: Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel. Firman ini telah digenapi dalam pribadi Yesus Kristus yang lahir dari perawan Maria seperti yang termuat di dalam Lukas 1:26-31 dan Matius 1:23.
    • Dan lain sebagainya, silahkan download saja software-nya (Alkitab Elektronik 2.0).
  4. Kehendak Allah untuk menyelamatkan manusia dan kerinduan kita untuk menggapi hadirat Allah yang sesungguhnya.

    Allah adalah kasih. Sekalipun manusia hanyalah sampah saja dimata-Nya namun Allah tetap berusaha untuk menyelamatkan manusia pribadi lepas pribadi dengan berbagai-bagai cara yang dimulai dari hal-hal kecil terlebih dahulu. Hal kecil pertama yang dikorbankan Allah untuk menolong manusia yakni disaat Adam dan Hawa mengetahui bahwa mereka telanjang maka Allah menyamak pakaian mereka dari kulit binatang. Oleh karena itu, jangan pernah mengabaikan hal-hal kecil dalam hidup ini sebab hal tersebut adalah awal yang akan menjadi penyusun sesuatu yang bernilai lebih

    Usaha Allah yang pertama untuk mengedukasi dan mencerdaskan manusia tentang keselamatan dan menjauhkannya dari dosa dengan cara menurunkan firman (hukum Taurat) dari Sorga yang berupa tulisan dalam benda mati. Kemudian Iapun mengirimkan firman-Nya lewat utusan-utusan-Nya (para Nabi) namun mereka selalu gagal karena tidak mampu menjaga sikapnya dari hawa nafsu, kebinatangan dan kejahatan lainnya. Pada akhirnya, tindakan-Nya kali ini tidak tanggung-tanggung, yakni hendak datang sendiri (mengutus anak-Nya yang tunggal – firman yang hidup menjadi manusia) untuk menyelamatkan dan menebus dosa-dosa manusia. Semuanya ini dilakukan karena kasih dan kemurahan hati-Nya yang besar itu.

  5. Ia tampil di depan untuk menjadi contoh yang baik.

    Sekalipun kita hanyalah makhluk dari debu-tanah yang hina dan sampah ini, Tuhan tetap mau peduli kepada kita lewat berbagai-bagai usaha penyelamatan yang telah dirancang-Nya semenjak dari awal kehidupan. Hanya saja semua itu butuh proses, tidak ada yang namanya langsung jadi. Sejak dari awal Allah tidak menginginkan budaya instan karena itu tidak mendidik sama sekali. Dia hendak mengajari kita tentang kesabaran, kerja keras dan ketekunan sangat dibutuhkan dalam menjalani hidup. Ia menghendaki kita untuk benar-benar paham dengan rencana-Nya yang sangat terstruktur dan sistematis. Oleh karena itu, bagi teman-teman yang menyukai budaya instan yang ekstra cepat sebaiknya mulai tinggalkan kebiasaan ini tidak sehat.

    Usaha penyelamatan ini telah ditempuh dengan berbagai-bagai cara mulai dari menurunkan hukum Taurat dan mengutus hamba-hamba-Nya tetapi tetap saja manusia tidak mau, enggan bahkan tidak bisa merubah kebiasaan buruknya. Ini terjadi karena manusia masih belum cukup bijak dalam menterjemahkan dan mempraktekkan hukum Taurat (mengasihi Tuhan dan sesama). Sehingga Ia datang sendiri dalam pribadi Yesus Kristus untuk menjadi contoh yang baik bagi semua orang percaya.

  6. Hukum Taurat dan Tuhan Yesus tidak bertentangan tetapi saling bersinergi untuk menyelamatkan manusia dari dosa.

    Hukum Taurat adalah teorinya dan Yesus Kristus adalah prakteknya. Taurat meningkatkan pengetahuan dan pemahaman manusia untuk lebih mawas diri terhadap dosa sekaligus untuk menyadarkan kita betapa susahnya menjadi umat Allah yang maha tinggi. Oleh karena begitu beratnya jalan yang ditempuh maka pada akhirnya manusia sadar bahwa mustahil untuk menjadi seseorang yang benar-benar murni dan terbebas dari dosa. Artinya, kita butuh seorang penyelamat.

    Tuhan mengerti akan kerinduan kita untuk menjadi umat-Nya oleh karena itu menurunkan hukum Taurat melalui perantaraan Nabi Musa yang merupakan salah satu usaha Allah untuk membuka mata manusia tentang dosa yang tidak dikehendaki Allah. Ini semacam proses edukasi untuk mendatangkan pencerahan bagi setiap orang percaya.

    Standar (Taurat) yang Dia berikan sempurna adanya. Sekalipun kita sudah berusaha untuk memperbaiki dan menjaga diri namun tetap saja ada celah untuk teledor melakukan dosa. Sudah jelaslah bahwa manusia biasa mustahil dapat mengikuti hukum tersebut 100%. Padahal di dalamnya, melanggar satu saja maka akibatnya adalah kutuk (kematian) yang tidak bisa dihindari di kehidupan mendatang (akhir zaman). Tetapi karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini maka Ia dalam wujud Yesus Kristus rela menanggung kutuk tersebut sekali untuk selamaya. Agar setiap orang yang percaya dan telah melakukan hukum Taurat sebisanya/ semampunya beroleh hidup yang kekal. Simak juga Menyempurnakan hukum Taurat.

    Ini seperti seorang Raja yang memberi peraturan dimana pelanggaran satu hal saja, ganjarannya adalah hukuman mati. Tetapi para pelayan yang dikasihinya terbukti telah melanggar aturan yang sudah ditetapkan.
    Namun karena kasih dan kemurahan hatinya kepada bawahannya/ pelayannya, ia sendiri yang datang untuk menanggung akibat dari pelanggaran terhadap peraturan yang telah dibuatnya dahulu. Sebab hukuman tidak bisa dibatalkan terkecuali jika orang yang membuat hukum itu telah mati. Kematian orang yang memberi aturan itu (Sang Raja) telah membatalkan hukuman yang harus ditanggung oleh yang lainnya.
    Sehingga setiap pelayan/ bawahan yang menjadi pengikut yang dipercayainya di bebaskan dari hukuman mati itu.

    Seperti ada tertulis : (Matius 14:6) Kata Yesus kepadanya: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.

    dan lagi….

    (Matius 10:33) Tetapi barangsiapa menyangkal Aku di depan manusia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga.”
    Dalam ajaran-ajarannya, Kristus tidak pernah menyimpang dari Taurat. Artinya, kehadirannya sejalan dengan kebenaran hukum Taurat. Dalam artian menyangkalnya lewat perkataan di depan orang lain sama saja dengan menyangkal kebenaran dalam artian menyangkal Sorga yang menjadi asal muasal dari kebenaran itu.

  7. Manusia yang sombong tidak mampu beroleh selamat karena menolak kemuliaan Allah

    Manusia tidak mampu menyelamatkan dirinya sendiri sebab sejak dari dalam kandungan kita telah berdosa. Bagaimana mungkin seorang pendosa menuntun jalan di depan agar para pengikutnya tidak melakukan dosa? Ini sama saja seperti “seorang yang buta menuntun jalan bagi sesama orang buta, bukankah mereka akan menyimpang dan jatuh ke selokan?” Keterbatasan kita sebagai manusia untuk mengerti kehendak Allah dalam kehidupan ini turut mempengaruhi cara menyikapi dan mempraktekkan Taurat tersebut. Salah satu kegagalan terpenting saat mengikut Tuhan adalah keangkuhan. Ketika sudah diberkati, hidup menjadi lebih baik, beruntung di segala usaha dan lain sebagainya justru berubah menjadi angkuh dan mengabaikan orang lain. Inilah kesalahan umum dari para Nabi sebelumnya.

    Allah sangat mengerti kegagalan manusia dalam mempraktekkan Taurat yang cenderung mementingkan apa yang kelihatan oleh orang lain, misalnya lewat penampilan, pakaian khusus dan asesoris khusus sedangkan hal-hal lain yang lebih penting diabaikan misalnya pikiran dan perilaku sehari-hari. Inilah yang membuat manusia itu menjadi sesat dan cenderung mengambil untung dari firman yang mereka kutip dari Kitab Suci sebab mereka mencari penghormatan, penghargaan, pujian dan popularitas dari orang lain. Jadi, kesombongan manusia mengarahkan hatinya untuk mengikuti jalan orang munafik yang hanya kulit luar saja yang baik sedangkan di dalamnya penuh rampasan dan kejahatan.

    Manusia yang sombong cenderung tidak merasa berdosa. Secara tidak langsung mereka mencuri kemuliaan Allah untuk diri sendiri sehingga meninggikan diri dengan hal tersebut. Bagaimana mungkin orang-orang yang tinggi hati beroleh selamat? Oleh karena itu, Yesus Kristus datang dalam kerendahan hati bahkan dalam kehinaan. Inilah yang menjadi panduan bagi kita, yaitu merendahkan hati untuk meninggikan Tuhan di dalam hidup sehari-hari. Pedoman kerendahan hati yang dibawa oleh Yesus Kristus adalah salah satu cara terpenting (syarat mengikut Yesus – menyangkal diri) untuk beroleh selamat dunia-akhirat.

  8. Tuhan hendak mengajari kita untuk percaya dan memiliki iman yang aktif.

    Lagipula Tuhan yang kita kenal adalah yang maha hadir di segala waktu, tempat dan sikon (situasi dan kondisi). Kita, manusia mempercayai Allah yang tidak kelihatan tetapi dapat dirasakan. Demikian jugalah seharusnya iman kita bukan sesuatu yang dapat dilihat oleh orang lain, entah itu melalui pakaian khusus, entah itu melalui asesoris, entah itu melalui benda-benda sakral yang dimiliki dan lain sebagainya. Biarlah iman kita tidak terlihat oleh orang lain bahkan mungkin mereka tidak mempercayainya (beda keyakinan/ agama) tetapi harus bisa dirasakan lewat gaya hidup dan sikap yang kita ekspresikan sehari-hari.

    Inilah yang terjadi dahulu, setiap utusan Tuhan datang dalam kemegahan (Raja) dan keunikan penampilan yang spesial (dari pakaian khusus dan asesoris yang mereka gunakan). Akan tetapi, Tuhan Yesus sebagai yang terakhir mengubah semua kebiasaan itu lalu datang dalam kesederhanaan, bisa dikatakan sangat simple. Dia tidak menggunakan topi khusus, kasut tertentu, pakaian khusus dan asesoris lainnya (seperti para imam dan orang farisi) melainkan mensejajarkan diri dengan orang lain (seperti orang pada umumnya – biasa saja). Hal ini mengisyaratkan bahwa kepercayaannya tidak ada hubungannya dengan benda-benda dan asesoris yang biasanya digunakan oleh nabi/ imam/ orang farisi/ ahli taurat. Melainkan memiliki iman yang tidak dapat dilihat oleh mata kepala secara langsung namun dapat dirasakan faedahnya yang nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Hukum Taurat telah lama sampai di bumi ini melalui Nabi Musa lewat bangsa Israel. Tetapi praktek di lapangan tidak semudah teori yang tertulis dalam hukum tersebut. Oleh karena itu, Tuhan Yesus datang untuk menjadi contoh yang baik “bagaimana seharusnya mempraktekkan Taurat dari Allah” sekaligus menutupi (menyempurnakan) keterbatasan manusia yang secara tidak sengaja (karena belum mengetahui dan belum mengerti) telah melanggar hukum tersebut. Jadi selama anda tidak melakukan kesalahan yang tidak disadari dimana hati ini (bait Roh Kudus) belum mengingatkanmu maka dosa karena hal tersebut akan diampuni seluruhnya. Adalah tidak mungkin Tuhan Yesus mengampuni orang yang menolak kata-kata peringatan Roh Kudus dari dalam hatinya (Allah tidak mau dipermainkan).

Salam iman yang sejati!

Mohon Kritik & Saran, ini hanya perumpamaan tanpa editor: Anda mengoreksi tulisan ini artinya lebih cerdas dari kami, Selamat!

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.