7 Alasan Wajib Militer Tidak Diperlukan – Tidak Ikut Wajib Militer Karena Negara Tidak Memberi Dukungan Yang Adil

Alasan Wajib Militer Tidak Diperlukan –Tidak Akan Ikut Wajib Militer Karena Negara Tidak Memberi Dukungan Yang Adil

Dalam sebuah klub sepak bola, ada orang-orang tertentu yang dibayar dengan gaji tinggi. Mereka memberikan banyak kontribusi buat timnya dan menyumbang gol atau mempertahankan kandang sendiri. Gaji orang-orang ini  memang luar biasa ajaib, nilainya sangat fantastis dan di luar perhitungan siappun. Bahkan kami sendiri yang melihat dan mendengarkan pemberitaan tersebut terheran-heran dan terkagum-kagum dibuatnya. Memang orang-orang tersebut prestasinya luar biasa, menyumbang banyak poin untuk klubnya sehingga pengelola juga tidak segan-segan untuk membayar mereka mahal-mahal.

Indonesia adalah negara kapitalis dimana setiap orang menduduki jabatan yang bertingkat-tingkat yang memiliki profesi dan tugas masing-masing. Ada  orang yang bekerja pada bidang yang berbeda-beda, setiap bidang memiliki banyak strata jabatan dimana posisi tertinggi basah kuyup dengan gaji dan fasilitas. Sedang di berbagai-bagai sudut negeri ada  pula orang yang kehidupannya sangat sederhana bahkan hari-harinya digenapi dengan menjadi korban konspirasi dari orang-orang cerdas dan kaya raya (oknum). Apakah ini adil atau tidak? Kami sendiri tidak mampu memahami hal tersebut. Nanti juga kalau dosanya sudah penuh maka semua akan dibalaskan.

Pengertian

Wajib militer adalah kewajiban masuk dinas militer bagi setiap warga negara apabila diperlukan oleh negara (KBBI Offline). Menurut kami ini adalah tanggung jawab setiap warga untuk memegang senjata dan bersiap sedia membela negaranya dari berbagai ancaman dari dalam maupun dari luar. Apakah segala sesuatu di dunia ini harus dijawab dengan peperangan? Kami juga tidak tahu, tetapi yakin akan satu hal yang berhubungan erat dengan pernyataan Tuhan Yesus, “orang yang menggunakan senjata akan binasa oleh senjata.” Ini sama persis dengan pernyataan dimana ada aksi maka disanalah ada reaksi. Besar kecilnya semua peristiwa dalam hidup kita sangat tergantung dari reaksi yang kita berikan. Jikalau reaksi kita berlebihan terhadap suatu gangguan sosial maka ada kecenderungan hal tersebut semakin besar saja.

(Matius  26:52) Maka kata Yesus kepadanya: “Masukkan pedang itu kembali ke dalam sarungnya, sebab barangsiapa menggunakan pedang, akan binasa oleh pedang.

Mari kita kuak terlebih dahulu alasan. mengapa pemerintah butuh aturan tentang wajib militer? Tentu saja keadaan ini diperlukan dalam berbagai situasi genting yang mengancam kedaulatan negara. Misalnya tentang akan adanya musuh yang berasal dari luar, terorisme dan lain sebagainya. Tetapi tahukah anda bahwa sesungguhnya musuh terkuat yang akan dihadapi oleh negara ini adalah orang-orang di dalam negeri itu sendiri alias warga masyarakat yang diperlakukan tidak adil. Orang-orang ini bisa saja diajak untuk beramai-ramai melakukan aksi pemberontakan, entah itu secara jelas atau tidak jelas. Adalah sangat mudah untuk mempengaruhi mereka asal saja ada sistem pendanaan yang disediakan untuk membiayai operasi.

Konspirasi wajib militer – sebuah pendekatan

Konon katanya, aktivitas wajib militer sangat dibutuhkan saat negara-negara saling berperang untuk memperebutkan sumber daya. Isu tentang perebutan sumber daya ini memang masih belum berhembus kencang sebab semuanya masih tersedia dalam stok yang melimpah-limpah. Tetapi seiring dengan semakin borosnya pemakaian minyak bumi yang ditambah lagi dengan kerusakan alam akibat penggunaan lahan untuk perumahan dan infrastruktur secara berlebihan. Kerusakan alam menyebabkan lingkungan tidak nyaman lagi untuk ditempati seadanya melainkan kita harus membeli sejumlah mesin-mesin berteknologi canggih yang disediakan oleh kapitalis. Barang elektronik inilah yang kemudian akan memberikan kesejukan, kenyamanan dan segala situasi yang alamiah atau natural bisa dihasilkan oleh teknologi tersebut.

Lantas dengan semua teknologi yang ada, oknum kapitalis tertentu akan semakin bertambah-tambah kaya. Sedang di sisi lain penggunaan sumber daya minyak akan semakin meningkat tajam. Keadaan ini jelas menguntungkan secara ekonomi dimana perputaran uang akan semakin ramai-lancar. Namun ada ancaman yang menunggu di depan setelah semua kemakmuran tersebut dicicipi, yaitu kelangkaan bahan bakar minyak. Bahan bakar fosil yang dikenal terbatas jumlahnya berangsur-angsur akan menipis sehingga sampailah bangsa kita dalam fase kritis krisis BBM. Pertama-tama, daerah pelosok di seluruh negeri ini tidak akan mendapatkan suplai melainkan hanya kota-kota penting saja. Selanjutnya, untuk mengatasi masa-masa krisis maka pemerintah akan memberlakukan wajib militer bagi seluruh warga untuk bersiap menghadapi perang dan memerangi bangsa lain (perang dunia ke tiga) demi sumber daya yang tersisa.

Ada indikasi, terselubung konspirasi di balik semua kejadian ini. Untuk mengurangi jumlah penduduk, terselubung manipulasi antara kapitalis berbagai negara. Mereka bersepakat untuk memicu terjadinya perang, padahal semua itu hanyalah bualan yang dibuat-buat agar rakyat turun ke jalanan membawa senjata. Padahal para petingginya (penguasa dan pemilik modal) duduk manis dan diam-diam di kantor dan bunkernya. Peperangan antar negara sengaja diskenariokan agar jumlah penduduk menurun seiring dengan banyaknya korban yang berjatuhan. Ini adalah salah satu cara licik oknum penguasa yang sedang berusaha mengurangi jumlah masyarakat agar turun drastis.

Faktor penyebab kami tidak setuju dan tidak akan ikut wajib militer untuk memperebutkan sumber daya

Kelangkaan sumber daya bisa saja terjadi secara tiba-tiba tanpa konfirmasi terlebih dahulu dari pemerintah. Ini seperti sebuah kesengajaan agar kondisi mayarakat tidak kocar kacil dan masih patuh dengan aturan negara. Bila keadaannya sudah benar-benar di ujung tanduk, barulah semuanya akan diberi tahukan. Beruntunglah Indonsia karena tidak terlalu ketergantungan dengan bahan bakar minyak sebab kondisi alamnya masih bagus dan segar. Hanya saja kedepan ini, siapa yang tahu dan bisa menebak kalau-kalau pemimpin yang akan terpilih adalah seorang yang lalim dan gila uang?

Tulisan ini hanyalah sebagai sebuah persiapan sekedar edukasi agar peraturan tentang wajib militer tidak disahkan lalu disalahgunakan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Berikut beberapa alasan kami mengapa wajib militer itu tidak dibutuhkan.

  1. Siapa pahlawan super di Indonesia gajinya tinggi : DIALAH YANG HARUS MEMBELA NEGARA DI DEPAN.

    Coba lihat dan amati di berbagai klub-klub olahraga terkemuka di belahan dunia manapun. Orang yang selalu tampil di depan dan memberi kemenangan adalah mereka yang sangat dipuja-puji oleh para penggemarnya. Mereka juga digaji sangat-sangat tinggi dan waw…. Kontribusi yang diberikannya untuk klub tentu luar biasa.

    Sekarang dalam konteks pemerintahan, dari ilustrasi di atas, menurut anda siapakah yang paling bertanggung jawab untuk membela dan memberi kemenangan atas peperangan? Yaps…. ORANG YANG GAJINYA BESAR. Jadi, kuncinya disitulah, sudah seharusnya mereka yang digaji sangat-sangat tinggi oleh negara ini, tampil di depan untuk menjadi seorang SUPER HERO menyelamatkan warga masyarakat dari peperangan.

    Lah, kalau mereka tidak mau ikut berperang, malah aneh rasanya ya…. Masakan orang yang menikmati uang berjuta-juta dan fasilitas serba mewah itu malah ketakutan dan berada di barisan paling belakang saat Perang Dunia III terjadi. Kalau begini ceritanya, dimana mereka malah berlindung di balik warga yang disuruh wajib militer, alangkah lebih baik jikalau gaji orang-orang tersebut diturunkan dan disetarakan dengan rakyat biasa toh mereka bukanlah SUPER HERO yang bisa segalanya.

  2. Ada orang yang ditugaskan khusus untuk itu.

    Jika disini ada kekacauan lalu ada orang yang berantem, apa kami mau cari-cari urusan untuk melerai mereka? Nyapain….? Sekali lagi ngapain…? Kami nggak pernah digaji buat melerai apapun jadi kalau ada perkelahian atau cekcok silahkan panggil Petugas Keamanan, biar mereka melerai dan mendamaikan orang-orang tersebut. Kami tidak ada urusan dengan semuanya itu.

    Demikian juga saat ada peperangan, kami tidak mau memegang senjata. Toh sudah ada orang-orang yang hidupnya dipelihara negara digaji sangat tinggi dan diberi fasilitas bagus untuk melakukan tugas tersebut. Jadi, kami sendiri tidak ada urusan dengan keutuhan negara ini, biarlah orang-orang itu yang melakukannya.

  3. Kami hidup atas usaha keras orang tua.

    Sampai sekarang kami belum merasakan uang negara masuk ke kantong ini selain dari beasiswa yang di dapatkan waktu sekolah dan selama bekerja di salah satu instansi pemerintah (sekitar 3 atau 4 tahun). Setelah itu, kehidupan kami lebih banyak ditanggung oleh orang tua sendiri. Jika ada hal-hal yang baik yang kami rasakan selama hidup berarti itu adalah hasil kerja keras orang tua bukan diberikan secara cuma-cuma oleh negara.

  4. Kami belum mencicipi apa-apa dari APBN secara langsung.

    Ini jelas sekali teman sebab sampai sekarang APBN hanya ditujukan untuk aktivitas pemerintah sedangkan warga masyarakat harus berjuang dengan sekuat tenaga dan kemampuannya untuk mencari nafkah. Lah, orang-orang yang mendapat suplai langsung dari APBN itu harusnyalah yang membela negara mati-matian. Sedangkan kami tidak merasa wajib melakukan hal tersebut sebab kami belum menetek langsung dari APBN maupun APBD. Malah sekarang kami berusaha menggantungkan nasib kepada orang asing dan perusahaan asing sehingga rasa nasionalis terhadap negara ini tidak sampai rela mengorbankan nyawa. Andai negara sudah berkorban lebih dahulu untuk menghidupi kami, mungkin wajib militer itu akan kami pertimbangkan lagi.

  5. Negara ini hancur, kami masih bisa tetap hidup.

    Kami tidak mendoakan negara Indonesia hancur, semoga saja hal itu jauh dari kita. Tetapi, kalau-kalau terjadi sesuatu terhadap Indonesia, kami masih bisa bertahan. Melakukan sesuatu sesuai dengan pengetahuan terbatas yang kami miliki. Jadi kami tidak untung dan juga tidak rugi kalau negeri mengalami kemunduran fungsi oleh karena sumber daya yang berada dalam keadaan kritis, mengapa harus ikut wajib militer?

  6. Kapitalis yang menghabiskan dan membutuhkan minyak jadi biarlah mereka yang maju ke depan bukan rakyat jelata.

    Baiklah, mari kita putar ulang kembali skenario krisi sumber daya yang dihadapi oleh negara. Bukankah semuanya itu karena perilaku orang-orang kaya yang sengaja merusak alam dan berfoya-foya menggunakan bahan bakar untuk ketenarannya? Selama ini, merekalah yang kehausan sumber energi, jika ada yang pusing akibat krisis BBM maka merekalah orang yang pertama dan selalu merasakan dampaknya. Demikian juga ketika perang dimenangkan maka merekalah yang akan senang-senang karena telah berhasil merebut sumber daya dari pihak lain. Jadi, untuk apa kami berperang karena keserakahan orang lain (kapitalis, penguasa)? Baiklah mereka juga yang pertama-tama sekali maju ke depan untuk membela negeri ini. Mungkin kami akan menyusul setelah menyaksikan aksi heroik dan kepahlawanan mereka. Bukankah mereka yang selama ini dikenyangkan oleh kenikmatan dan kemuliaan duniawi?

  7. Para petinggi bangsa inilah yang ingin menang perang, mengapa kami harus mengikuti arogansi mereka?

    Haruskah kita mengorbankan nyawa demi arogansi para petinggi bangsa ini? Karena mereka ingin lebih unggull, lebih sukses, lebih kaya, lebih hebat dari bangsa lain maka memacu semangat rakyat untuk berperang mengatas namakan nasionalisme. Padahal semuanya itu hanyalah omong kosong untuk mempertahankan harga diri dan gengsinya terhadap bangsa lain. Pemimpin dan pejabat yang mendorong masyarakat untuk memerangi negeri lain jelas bukanlah seseorang yang benar-benar berjiwa pemimpin. Sebab tidak ada pemimpin sejati yang merelakan satupun dari warganya untuk dikorbankan demi tujuan-tujuan sempit. Oleh karena itu, biarlah mereka yang maju ke depan untuk mengangkat senjata memerangi negara lain. Mungkin kalau kami melihat mereka terluka atau mati di medan perang akan berbelas kasih dan mengubah opini ini.

Kami tidak akan ikut perang apapun, bukankah negara tidak adil membagi sumber daya? Sudah seharusnya, mereka anak-anak emas yang dilimpahi dengan materi dan fasilitas luar biasa yang maju berperang di depan!

Negara tidak berhak menuntut apa-apa dari warganya, toh selama ini banyak warga masyarakat yang bisa hidup sendiri tanpa pemerintah. Bahkan kami sendiripun masih bisa berdiri di atas kaki sendiri bukan karena pemerintah tetapi karena kami bisa bertahan dari segala kemelut duniawi yang datang menghampiri. Sebaliknya, jika ada orang yang paling layak dipakai jasanya untuk wajib militer maka merekalah pegawai-pegawai pemerintah yang langsung menyusui dari APBN  dan APBD. Sudah seharusnya, orang-orang yang digaji lebih besar memberikan dukungan dan kontribusi yang penuh terhadap negara ini. Sabab saat Indonesia hancur lebur maka para pejabat dan pengusaha itulah yang akan kehilangan pekerjaan, sedangkan saat menang perang maka para pemimpin dan kapitalis itu jugalah yang diuntungkan. Jadi, apa faedahnya bagi seorang petani, peternak, tukang bangunan, nelayan dan profesi lainnya dari aktivitas perang? Kami sendiri masih bisa bertahan dengan profesi sebagai seorang blogger sampai sekarang dan itu sudah cukup. [Turut hadir, Orang yang dikorbankan]

Salam, cuma orang bodoh yang ikut wajib militer,
padahal yang enak-enak hidupnya di gaji negara duduk santai di kantornya
!

2 comments

  1. Kalau semua wni berpikir kyk anda, hancurlh semua. Saya tau anda tidak mau ikut wamil. Lagipula itu tdk akn diadakn. Tidakkh seharusny anda lebih toleran dgn mereka yg secara sukarela mau bersusah payah demi negara? Apbn, saya yakin bahwa anda setiap hari dan setiap saat melihat hasil dr uang tersebut. Bahkan anda mungkin telah menggunakannya. Jangan terlalu muluk2 membayangkn bentuk dr uang apbn itu. Ketika bahkan saat anda berjalan di jalan trotoar dn jalan tol saja bukan hasil uang anda sendiri. Maaf klo menyinggung. Saya sendiri kadng suka menyalhka pemerintah, tapi tdk baik jg klo kita buta pada hasil kerja mereka.
    Jg seandainya pemerintah wamil, lalu siapa yg mengurus segala urusan utk rakyatnya? Janganlah bersempit diri.

    Suka

    • Mohon maaf atas komentar kami jika mengganggu anda.
      Kami tidak bermaksud menyinggung lembaga apa pun.
      Seperti yang anda katakan, mustahil ada wajib militer.
      Maka dengan demikian tulisan kami hanyalah omong kosong yang baiknya diabaikan saja.

      Sebenarnya, pemerintah bisa melakukan hal yang lebih baik dari yang anda katakan tetapi mereka tidak berniat untuk itu. Jalan-jalan yang anda maksudkan hanya ada di kota besar. Lha, kami di desa-desa sudah menikmati apa? Sekali pun ada dana desa, itu hanya infratruktur. Nasib kami sendiri terkatung-katung dan tidak punya pekerjaan hanya menggantungkan hidup pada orang tua. Artinya, yang hendak kami komentari adalah peran negara secara pribadi lepas pribadi bukan secara umum yang berkaitan dengan infrastruktur. Hanya segelintir orang saja yang hidupnya makmur karena menyusui dari APBN/ APBD langsung sedang yang lainnya terlantar dan disuruh bertahan sendiri…..
      Salam…..

      Suka

Tinggalkan Balasan ke anonim Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.