9 Ciri Khas Kolonialisme – Yang Kaya Makin Bertambah Kaya Raya Sedangkan Yang Miskin Tetap Miskin Bahkan Semakin Melarat

Ciri khas kolonialisme penjajahan di jaman modern dimana yang kaya semakin kaya dan si miskin makin melarat

Sebuah perumpamaan – Kolonialisme adalah paham tentang penguasaan oleh suatu negara atas daerah atau bangsa lain dengan maksud untuk memperluas negara itu (KBBI Luar Jaringan). Ini adalah dominasi untuk mengeksploitasi suatu wilayah seluas-luasnya demi kepentingan pribadi, golongan dan kelompok tertentu. Penjajahan manusia jaman sekarang telah memasuki babak baru dimana tidak ada lagi yang namanya pemaksaan, kekerasan dan senjata. Melainkan ini lebih menekankan kepada penguasaan ilmu pengetahuan yang berimbas pada penguasaan ekonomi.

Kami bisa membaca bahwa dunia zaman sekarang cenderung telah menjauhkan manusia dari ilmu pengetahuan yang sebenarnya. Artinya, inti ilmu pengetahuan telah dikaburkan oleh beberapa “embel-embel” sehingga membuatnya terkesan bias dan tidak dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Coba saja bayangkan bagaimana lantangnya slogan ini diutarakan oleh banyak orang “teori tidak sama dengan praktek”. Dari sini saja sudah dapat kita pahami bahwa kebanyakan teori yang tersebar luas dimasyarakat tidak dapat dipraktekkan secara langsung, benar dan terpercaya.

Ilmu pengetahuan dapat menyelesaikan masalah. Sayang, beberapa oknum mengkaburkan ilmu pengetahuan itu agar mereka dapat memperdagangkan solusinya. Perdagangan solusi inilah yang membuat beberapa orang dapat menguasai kekuatan ekonomi di suatu wilayah terutama wilayah terbelakang dimana orang-orang disana memiliki kemampuan intelektual yang rendah. Penjajahan semacam ini berlangsung masif dan tidak disadari oleh korban. Lama kelamaan para kolonialis semakin mengeruk sumber daya uang yang ada sehingga korban terus ketergantungan dengan bantuan orang lain.

Apabila keadaan ini terus berlanjut maka utang-utang luar negeri semakin membengkak dan membeludak bahkan sampai tak terbayarkan. Sehingga negara yang bersangkutan bangkrut. Pada akhirnya, wilayah tersebut akan dikuasai seutuhnya oleh kapitalis dari luar. Kurangnya ilmu pengetahuan tidak hanya melemahkan perekonomian melainkan juga membuat moralitas amburadur. Budi pekerti yang bobrok semakin memperparah penggunaan sumber daya yang ada sehingga  muncullah sikap menghambur-hamburkan (pemborosan), manipulatif (KKN) bahkan keserakahan juga. Kebiasaan/ budaya semacam ini semakin memperparah kelangsungan hidup suatu bangsa.

Jaman sekarang, kekuatan intelektual sangat mempengaruhi maju-mundurnya suatu bangsa. Apabila mereka tidak mampu menemukan titik terang dalam setiap masalah yang dihadapi maka sumber daya yang mereka miliki akan dihisap/ disedot secara perlahan-lahan tapi pasti oleh mereka yang pintar-pintar. Inilah yang kami maksud dengan kolonialisme modern. Dimana bukan lagi otot, senjata dan kekerasan yang dikedepankan untuk menguasai suatu negara melainkan dikuasai dengan cara-cara yang intelek, masif dan licik.

Kami harus mengakui bahwa orang-orang yang pintar adalah mereka yang memiliki kekuatan untuk mengubah berbagai hal disekitarnya. Tetapi, ada tantangan untuk menjadi orang yang cerdas yakni harus siap diuji oleh orang lain. Apabila seorang yang cerdas hanya mengembangkan kemampuan intelektualnya saat menghadapi ujian sosial dari sesama maka mereka cenderung tidak punya hati nurani bahkan hawa nafsunya tinggi dan cenderung serakah adanya. Adalah baik bagi kaum intelek untuk tidak hanya fokus mengembangkan ilmu pengetahuannya saat menghadapi masalah melainkan juga perlu menyelesaikannya lewat sisi emosional yang dimilikinya. Sebab  tanpa emosi yang kuat seorang manusia cederung tidak punya hati nurani, hanya mau memikirkan diri sendiril, bagaimana biar untung terus tetapi mengabaikan sisi humanisme.

Kecerdasan secara intelektual perlu diimbangi dengan kecerdasan emosional sehingga setiap orang yang dianugrahkan oleh akal budi tidak menggunakan semuanya itu untuk diri sendiri  melainkan juga demi kepentingan bersama. Apabila setiap orang dinilai dari kecerdasannya maka tidak akan pernah mewakili keberadaan manusia di bumi ini. Sebab kita dilahirkan berbeda-beda, ada yang hebatnya di otot tetapi ada pula yang hebatnya di otak. Namun bukan berarti kita sama sekali tidak butuh pikiran atau sama sekali tidak butuh otot melainkan keduanya dibutuhkan untuk bekerja sama dalam sebuah sistem yang berputar dan berkesinambungan.

Jika manusia hanya dihargai dari kemampuan intelektualnya maka ada kecenderungan semua sumber daya terpusat di tangan orang-orang yang cerdas secara intelektual. Ketika kecerdasan ilmu diiringi dengan sikap yang penuh hawa nafsu, cinta uang dan serakah maka disinilah berlaku: “orang-orang tertentu semakin bertambah-tambah kaya raya sedangkan orang lainnnya terpinggirkan, miskin bahkan melarat“. Keadaan semacam ini tidak akan bertahan lama sebab harta yang dimiliki hanya akan meningkatkan kekuatiran dan ketidakdamaian di dalam hati sendiri. Lagipula ketika orang yang satu terlalu kaya sedangkan orang yang lain terlalu miskin maka keadaan ini kerap menimbulkan kecemburuaan sosial yang dapat berujung pada aksi-aksi kejahatan yang syarat dengan kekerasan.

Ciri-ciri perekonomian yang membuat orang kaya semakin kaya raya sedangkan orang miskin tetap miskin bahkan tetap melarat

Pada intinya, kaum kolonialisme semakin makmur dengan sistem yang mereka ciptakan tanpa harus ambil pusing dengan kesejahteraan masyarakat luas. Kebiasaan inilah yang semakin mempertajam perbedaan itu. Dari ulasan di atas dapat kita peroleh apa saja ciri-ciri perekonomian yang mendorong kekayaan hanya terpusat kepada satu orang saja sedangkan pihak lainnya tetap miskin tiada akhir. Berikut selengkapnya.

  1. Inti ilmu pengetahuan telah dikaburkan sehingga tidak bisa menyelesaikan masalah. Kelemahan ini dijadikan sebuah kekuatan oleh kaum kapitalis untuk meraih sen demi sen dari kebodohan dan penyimpangan itu.
  2. Adanya perbedaan penjatahan sumber daya yang diperoleh berdasarkan kepintaran yang dimiliki. Ketidaksetaraan semacam ini ditentukan oleh tingkat intelektual seseorang dimana yang pintar semakin baik posisinya dalam suatu sistem. Keadaan ini jelas tidak mengakui paham humanisme yang menyatkan bahwa manusia dilaharikan berbeda adanya.
  3. Kalangan intelektual (kapitalis) dibiarkan mengelola sumber daya vital. Sumber daya alam (kecuali pelaku ekonomi kreatif) dibiarkan dikuasai oleh pihak swasta sehingga mereka memanen di tanah yang tak bertuan semau-maunya. Swasta menguasai sumber daya alam sehingga kesejahteraan tidak dinikmati oleh seluruh warga. Melainkan hanya bagian kecil saja dari sang penjajah.
  4. Orang-orang cerdas dibiarkan bebas menguasai perdagangan untuk memanen di wilayah tertentu. Ketika orang-orang tanpa hati nurani dipekerjakan untuk menjalankan sebuah usaha maka ada kecenderungan mereka melakukannya untuk diri sendiri. Bagaimana dia bisa untung terus sedangkan orang lain tidak dipedulikan, entah dia rugi atau tidak.
  5. Alur perekonomian tidak berputar melainkan hanya berlaku satu arah saja. Aksi ambil untung dan sistem perpajakan hanya memuaskan kaum kapitalis. Dimana keadaan ini ditandai dengan semakin meningkatnya pendapatan yang mereka peroleh hari lepas hari. Padahal kondisi akar rumput tidak semuanya sejahtera.
  6. Kapitalis semakin subur dan pemerintah sibuk mempajak usaha mereka. Termasuk rakyat juga dipajak oleh pemerintah. Pemerintah hanya mau menyibukkan diri untuk melaksanaan pekerjaan menarik pajak di bawah meja. Akan tetapi saat ditanyakan realisasi dari semua pajak itu maka semuanya membisu.
  7. Perekonomian digerakkan oleh rasa iri hati dan kesombongan. Iri hati dan kesombongan adalah sebuah alat untuk membuat dan mendorong manusia untuk menggunakan uangnya terus-menerus. Perbuatan yang seperti ini hanya akan menyisakan ketidakdamaian di dalam hati.
  8. Pemerintah tidak mengembail peran sebagai pengendali ekonomi sehingga yang kaya makin bertambah kaya dan si miskin semakin melarat. Kewenangan pemerintah untuk mengambil sesuatu yang berlebih untuk memberikannya kepada orang yang masih hidup kekurangan tidak ada lagi.
  9. Sistem pemerintahan yang syarat dengan kolonialisme adalah sebuah akar gantung dimana semua sumber daya yang ada dimanfaatkan oleh kapitalis untuk memperkaya diri sendiri. Pada akhirnya, perbedaan antara si miskin dan si kaya semakin jauh saja bahkan luar biasa jauhnya.

Buat apa sibuk menjajah saudara sendiri. Mereka tidak menyadari bahwa sikap yang mementingkan diri sendiri telah menuntunnya untuk menjadi serakah. Semua uang rakyat yang telah diperoleh dalam jumlah yang berlebihan digunakan untuk kepentingan pribadi, golongan dan kelompok saja. Ada baiknya negara mulai menjadi penengah agar orang-orang seperti ini tidak merajalela sehingga keadilan sosial untuk seluruh warga Indonesia tetap terwujud. Akhirnya, semua orang berhak mendapatkan kesejahteraan yang sama dari sistem (negara).

Salam kesetaraan!

3 comments

  1. […] Money, money and money; semuanya karena uang. Mengapa ada iri hati, mengapa ada kesombongan, mengapa ada kejahatan, mengapa terjadi manipulasi, mengapa terjadi aksi bunuh-membunuh, mengapa manusia Indonesia mudah stres? Semuanya itu karena perbedaan penghasilan (kertas ajaib) yang sangat kentara. ~ adalah sumber masalah terbesar di negeri ini, dengan ciri khas yang kaya semakin kaya tetapi yang miskin tetap miskin. […]

    Suka

Tinggalkan Balasan ke Kapitalis Memanen Tetapi Tidak Pernah Menabur Kembali – Hati Nuraninya Kemana? | menang BERSAMA - Indonesia Strong From Village Batalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.