10 Dampak Negatif Sikap Perfeksionis – Manusia Belajar Dari Kesalahan Kesempurnaan Hanya Milik Tuhan

Dampak Negatif Sikap Perfeksionis - Manusia Belajar Dari Kesalahan Kesempurnaan Hanya Milik Tuhan

Perfeksionis adalah (1) orang yg ingin segala-galanya sempurna; (2) orang yg percaya bahwa kesempurnaan moral dicapai kalau dapat hidup tanpa dosa (KBBI offline). Menurut kami, ini merupakan sikap yang memaksa dan mengharuskan orang lain untuk melakukan semuanya sesuai dengan kehendaknya. Ia tidak mengenal dan tidak mau peduli dengan orang lain terkecuali mereka yang sama seperti dia.

Mereka yang perfek lebih senang membicarakan orang-orang berada di bawahnya yang lebih rendah darinya. Dia sangat jeli dengan kekurangan orang lain sedangkan kelemahan dan kesalahan sendiri tidak disadari. Pembicaraan mereka mengisyaratkan betapa terbelakangnya orang lain sedangkan ia sendiri menempatkan dirinya di tengah sebagai yang terutama.

Tidak ada toleransi terhadap kesalahan alias mereka tidak ingin melihat/ menyaksikan adanya kesalahan. Cacat kecil saja akan dianggap fatal sehingga masuk ke dalam daftar objek gagal yang pantas dimusnahkan. Layaknya benda mati semacam teknologi, salah sedikit maka langsung dihapus untuk kemudian didaur ulang oleh pabriknya sehingga menjadi lebih baik lagi.

Teori kesempurnaan

Mustahil bumi ini mencapai kesempurnaan sebab kesempurnaan identik dengan menjadikan segala sesuatu sesuai dengan kehendak sendiri. Keadaan ini sama dengan menyamakan isi pikiran dengan kenyataan yang dialami sehari-hari. Padahal otak sangat imajinatif dan memiliki kecenderungan untuk bekerja lebih dari atau melampaui kenyataan yang ada.

Sempurna adalah pikiran anda sama dengan kenyataan

Mustahil anda menyamakan isi otak sendiri dengan kenyataan sebab kenyataan dibentuk oleh banyak otak yang berbeda. Pikiran yang berbeda satu sama lain menandakan bahwa sikap: perkataan & perilaku antar manusia tidaklah sama persis. Bila pusat komando kehidupannya saja berbeda apalagi dengan kebiasaan, attitude, pengetahuan dan wawasan yang dimiliki.

Bukan isi kepala ini, satu-satunya yang dapat disetarakan dengan kenyataan adalah hukum yang berlaku

Satu-satunya yang dapat disetarakan dengan kenyataan hanyalah peraturan perundang-undangan dan hukum yang berlaku. Dalam sebuah lembaga, rumusan peraturan tertuang di dalam visi dan misi organisasi. Sedangkan dalam negara indonesia rumusan peraturan tertuang dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar RI. Hanya dengan bersikap seperti apa yang tertulis disanalah manusia dapat mencapai kesetaraan/ kesamaan antar semua elemen masyarakat.

Kesempurnaan hidup bernegara

Kesempurnaan hidup bernegara dicapai dengan mengaplikasikan nilai-nilai pengamalan Pancasila dalam hidup sehari-hari. Jika semua unsur yang ditekankan dalam semua sila yang ada dapat diterapkan oleh semua elemen masyarakat niscaya kehidupan berbangsa dan bernegara yang adil dan makmur dapat mencapai puncaknya. Tapi sayang, satu yang kami dapat saksikan dalam kehidupan bernegara di zaman sekarang adalah tidak adanya keadilan diantara masyarakat. Yang terjadi justru yang pintar-pintar membodohi banyak orang sehingga mereka dapat meraup untung dari kebodohan itu.

Kesempurnaan pengamalan Pancasila menempuh jalan panjang dan menuntut pengorbanan diantara orang-orang yang terlibat di dalamnya. Tapi banyak orang yang enggan untuk berkorban bagi kehidupan orang lain. Padahal, jika mereka mengerti arti Kitab Suci maka berkorban untuk kepentingan bersama menjadi salah satu pilihan yang membahagiakan. Melalui itu manusia dapat menemukan kebermanfaatannya bagi sesamanya.

Tanpa hukum kita tidak berhak memaksa orang lain sekalipun ide yang sempurna itu ada

Adalah sesuatu yang tidak mungkin untuk menuntut kesempurnaan tanpa aturan yang jelas. Ini seperti “memancing tanpa tali pancing”. Jika perfeksionis yang ada dalam pikiran anda belum diatur dalam undang-undang ataupun hukum maka anggaplah ia sebagai retorika belaka. Istilahnya sekedar tahu saja dan bukan untuk dipaksakan kepada sesama manusia. Selama rasa sempurna yang anda pikirkan belum tertuang dalam aturan, kode etik, visi dan misi apapun maka selama itu pulalah anda hanya berhak memberi masukan namun tidak berwenang untuk menuntut orang lain melakukannya terkecuali untuk diri sendiri/ untuk kalangan sendiri.

Perfeksionis selalu menganggap dirinya lebih dan lebih

Seorang yang merasa sudah sempurna hatinya dikuasai oleh sesuatu yang lebih. Entah itu prestasi atau hanya perasaannya saja yang lebay (berlebihan). Saat anda sudah mulai menyadari bahwa ada perasaan lebih dalam hati ini maka berhati-hatilah senantiasa. Sebab merasa lebih baik dari orang lain dapat membuatmu menyombongkan diri sehingga cenderung agresif menghadapi gejolak sosial.

Saat rasa ini datang maka lebih baik bagi anda untuk menekannya sendiri lalu merendahkan hati dalam bersikap: berkata-kata dan berperilaku. Perasaan ini dapat mengganggu, meretakkan bahkan merusak hubungan dengan sesama. Oleh karena itu semakin cepat anda menyadarinya maka semakin minim resiko yang mungkin akan ditimbulkannya kelak.

Kesalahan/ kegagalan adalah awal dari kesuksesan

Jangan pernah benci dengan kesalahan sebab kesalahan akibat ketelodoran adalah hal biasa di dunia ini. Pepatah kami mengatakan, “Sedang orang hebat dan orang beriman pasti pernah salah bicara, terlebih lagi orang biasa seperti kita!”. Itulah ada lagi pepatah yang mengatakan bahwa “tidak ada yang sempurna di bawah matahari..” Satu-satunya yang sempurna hanyalah Tuhan dan Firman-Nya. Saat baru keluar dari dalam kandungan, kita dilahirkan sama seperti hewan-hewan lainnya yang syarat dengan kebinatangan. Lalu seiring waktu berlalu, kita belajar untuk lebih manusiawi. Salah satu proses pembelajaran disini adalah saat merasakan sakit dan penderitaan atas sikap yang syarat dengan kebinatangan maka saat itu jugalah kita berubah drastis.

Kesalahan yang telah terjadi mengajari diri ini untuk berbenah menjadi lebih baik dari hari ke hari. Kita terus menyesuaikan kehidupan dengan banyak hal. Bahkan bila perlu harus lebih baik dari manusia rata-rata. Itulah yang disebut dengan hidup yang tampil beda bukan sombong melankan melakukan hal-hal baru yang mendatangkan kebaikan bagi kehidupan orang lain maupun diri sendiri. Ini adalah awal dari kesuksesan yang sejati. Sebab kesuksesan itu hanyalah yang dapat dilihat oleh orang lain sedangkan dibalik semuanya itu entah sudah berapa banyak tekanan & kepahitan yang diterima, berapa banyak masalah yang datang, berapa banyak pengorbanan yang direlakan, sebanyak apa kesetiaan digiatkan dan lain sebagainya. Ada perjuangan panjang yang penuh tantangan dibalik kesuksesan dimana salah satu diantaranya adalah kegagalan.

Dampak buruk sikap yang sok sempurna/ perfek

Orang yang perfeksionis cenderung menganganggap dirinya sebagai tuhan. Seorang super hero seperti yang difilmkan oleh Marvell dkk. Apa saja dampak negatif dari sikap perfeksionis? Berikut keterangan selengkapnya.

  1. Kental dangan sikap memaksa orang lain menjadi seperti dirinya.

    Ini merupakan ciri khas perfeksionis. Mereka lebih banyak tidak sadar bahwa setiap orang dilahirkan berbeda sehingga mustahil untuk mengubah orang lain seperti dirinya sendiri. Unsur pemaksaan inilah yang mendorong lebih banyak pihak dalam konflik berkepanjangan yang tidak pernah berakhir.

  2. Enggan mentolerir kesalahan/ intoleransi.

    Bagi mereka kesalahan adalah kegagalan dan kegagalan harus disingkirkan. Mereka tidak bisa berpikir jernih sehingga menganggap kesalahan sebagai sebuah komponen yang harus dijauhi dan diasingkan. Jika demikian ceritanya, bagaimana mereka membawa perubahan sedang yang salah itu mereka jauhkan dari sekitarnya. Seharusnya mereka hidup berdampingan dengan orang yang melakukan kesalahan tersebut. Agar secara perlahan-lahan mereka dapat mengingatkan bahkan menyadarkan orang tersebut bahwa ia sedang berada dalam dosa.

  3. Cenderung memisahkan diri dari orang lain.

    Orang yang merasa dirinya sempurna sedangkan yang lain-lainnya dianggap rendahan bahkan murahan niscaya akan memisahkan diri dengan oknum yang dianggap rendahan dan murahan itu. Mereka hanya mau cari aman saja sebab justru dalam perbedaan sikaplah kita belajar untuk saling menghargai. “Lagipula apa gunanya anda menjadi terang diantara terang? Lebih hebat rasanya saat anda mampu menjadi terang diantara kegelapan.

  4. Meninggikan diri dengan menganggap rendah orang lain.

    Merupakan sikap menganggap dirinya paling ini dan paling itu dalam segala hal. Mereka yang menganggap dirinya sempurna sama saja dengan menyindir kesempurnaan Allah segala allah, Raja segala raja, pencipta langit dan bumi. Lama kelamaan sikap ini menggiringnya untuk berlaku angkuh terhadap mereka yang dianggapnya lebih rendah. Padahal, jaman sekarang tidak ada lagi strata sosial dalam kehidupan bermasyarakat melainkan semua orang adalah sama/ setara. Hal ini dijamin oleh konstitusi.

  5. Menghambat proses belajar.

    Ada pepatah yang mengatakan bahwa “long life education”. Proses belajar erat kaitannya dengan berhasil dan gagal. Saat anda tidak mau/ enggan memahami kegagalan, bagaimana anda dapat meraih keberhasilan? Kegagalan mengajari kita untuk berbenah dan memperbaiki diri. Siapapun dia di dunia ini, selama ia hidup maka selama itu pula ia dituntut untuk selalu memperbaiki diri.

  6. Terlalu peduli dengan hal-hal kecil dan hal lainnya yang berada diluar kewenangannya (tupoksi).

    Dalam keseharian kita, bila diteliti lebih detail maka akan ditemukan banyak hal-hal yang berada diluar jalur yang telah ditetapkan (salah). Seorang yang perfeksionis sangat memperhatikan detail sehingga semakin banyak hal-hal recehan yang diperhatikan sehingga tupoksinya sendiri secara tidak sadar telah diabaikannya. Lagipula perhatian pada banyak hal akan menyibukkan/ mengganggu konsentrasi pikiran sehingga tidak dapat fokus pada tanggung jawab yang seharunya.

  7. Ketidaksempurnaan kecil membuatnya tidak stabil, kesal, sangat emosional dan syarat dengan sikap yang keras.

    Seperti yang kami katakan sebelumnya bahwa kesalahan orang lain dianggap sangat mengganggu kehidupannya sehingga timbullah rasa kesal, syarat dengan sikap emosional yang keras. Mereka tidak mampu membendung rasa kesal yang berapi-api dari dalam hatinya sehingga melampiaskan amarah yang tak terendali dan merugikan lebih banyak orang.

  8. Enggan meminta maaf.

    Merupakan sifat khas dari seseorang yang perfeksionis. Mereka cenderung menganggap diri sudah benar dan orang lainlah yang salah. Sehingga sama sekali tidak ada rasa bersalah yang muncul/ dirasakan. Lebih memilih untuk melemparkan semua kesalahan kepada orang lain dan menuntut orang tersebut untuk meminta maaf.

  9. Lebih banyak berbicara.

    Mereka tidak mampu mengendalikan bibirnya untuk menilai dan meremehkan orang lain. Bahkan mengumbar berbagai-bagai prasangka buruk yang tidak masuk akal. Pembicaraan yang tidak terkendali akibat penilaian awal yang jelek membuatnya semakin memunculkan banyak kata. Terlebih ketika hal itu bertentangan dengan prinsip kesempurnaan hidup yang dimiliki. Pembicaraan yang sebenarnya tidak penting akan diumbar terus demi mewujudkan perfeksionisme dalam hidup orang lain.

  10. Tidak cocok sebagai publict figure.

    Karena sikap yang menyempurnakan diri sendiri (sombong) sedangkan orang lain dianggap tidak sempurna akan membuat mereka tidak dapat diterima oleh masyarakat luas. Sebab diantara orang yang begitu banyak, ada-ada saja yang bersikap aneh-aneh bahkan tidak jarang juga diantara mereka yang berniat menguji kekuatan hati/ ketabahan anda. Jika anda tidak mampu mentoleransi hal-hal semacam ini maka hiudp anda akan dikuasai oleh rasa emosional yang suatu saat akan meluap dan berdampak buruk bagi banyak orang.

Satu-satunya kesempurnaan : Kesempurnaan hati

Satu-satunya kesempurnaan di dunia ini adalah kesempuranaan hati. Ini adalah kemampuan menyesuaikan diri dan fleksibilitas suasana hati terhadap pengaruh lingkungan. Satu-satunya yang bisa menyempurnakan segala sesuatu yang diterima/ dihadapi hanyalah hati ini, yang kurang ditambahkan dan yang lebih dikurangkan. Jika mampu memanajemen setiap informasi yang datang dari lingkungan yang bergejolak niscaya anda mampu membuat semuanya itu terlihat sempurna. Kemampuan ini harus diiringi dengan sikap selektif mencerna segala sesuatu yang pada akhirnya akan dinilai dengan merasa cukup dalam kesyukuran atas semua yang telah terjadi.

Kemampuan untuk mentolerir hal-hal yang berlebihan dan mencukupkan hal-hal yang kekurangan adalah awal dari kesempurnaan hati. Sikap perfeksionis hanya akan membawa anda dalam kesusahan hati yang tidak pernah berakhir.

Salam perfecto!

6 comments

  1. […] Sikap perfeksionis adalah ciri khas dari kepribadian orang-orang sombong. Mereka menganggap segala sesuatu sangatlah sempurna adanya, tanpa cacat cela sedikitpun. Akibatnya ketika ada sedikit saja kesalahan maka muncullah amarah dan tindakan agresif. Ini juga berdampak pada keengganan mereka untuk menerima tantangan atau lebih tepatnya ujian sosial dari orang lain. Dalam hal inilah banyak orang sombong yang tersandung jatuh seketika karena tidak mau menerima rasa sakit itu apa adanya. […]

    Suka

Mohon Kritik & Saran, ini hanya perumpamaan tanpa editor: Anda mengoreksi tulisan ini artinya lebih cerdas dari kami, Selamat!

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.